Kamis, 17 Oktober 2013

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) DI KELAS III SD NEGERI 1 MEKARSARI KECAMATAN CIMERAK KABUPETEN CIAMIS TAHUN PELAJARAN 2008/2009



A.    Judul
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA                 PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL               MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) DI KELAS III SD NEGERI 1 MEKARSARI KECAMATAN CIMERAK KABUPETEN CIAMIS TAHUN PELAJARAN 2008/2009
B.     Nama Penulis
Maman Suherman,S.Pd.
C.    Abstrak dan Kata Kunci
Kata Kunci: Mata Pelajaran IPS, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).
Abstrak
Text Box: 1Penelitian ini dilakukan dalam rangka memperbaiki kinerja guru dan siswa dalam mata pelajaran IPS tentang memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa yang sebelumnya diketahui kurang memenuhi harapan pembelajaran.Penelitian ini dilakukan terhadap siswa Kelas III SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Ajaran 2008/2009. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2008. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian tindakan yang alurnya, yaitu membuat perencanaan tindakan, melaksanakan tindakan dalam pembelajaran, mengobservasi tindakan, dan merefleksi tindakan. Hasil refleksi tersebut digunakan untuk mengambil keputusan. Adapun data penelitian berupa catatan lapangan, catatan hasil pengamatan, dokumentasi perencanaan, dan hasil menulis. Instrumen pengumpulannya adalah pedoman observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi. Analisis data dengan teknik kualitatif model mengalir, meliputi tahap reduksi data, pemaparan data, verifikasi, dan penyimpulan data. Untuk menguji keabsahan data dilakukan pengecekatan ulang (triangulasi) dengan kolabolator dan siswa. Setelah menyelesaikan penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas III SD Negeri 1 Mekarsari, Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis Tahun Ajaran 2008/2009 dalam pembelajaran IPS tentang memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah. Hal ini diketahui dari adanya perubahan aktivitas dan hasil belajar masing-masing siswa.
D.    Pendahuluan
a.      Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar sudah lama mengalami pergeseran sebagai dampak dari tuntutan zaman.Hal ini terbukti dengan diluncurkannya kurikulum yang berorientasi kompetensi berdasarkan satuan pendidikan.Adapun tujuan pembelajaran dari mata pelajaran ini seperti dikemukakan Wachidi (dalam Kunandar, 2007:261), yang dikutip berikut.
Ada beberapa tujuan pokok dari pengetahuan sosial, yaitu: (1) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana bersikap terhadap benda-benda di sekitarnya; (2) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan manusia lain; (3) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan masyarakat sekitarnya; (4) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan alam sekitarnya; dan (5) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan tuhannya.
Memperhatikan tujuan di atas, maka seharusnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah-sekolah merupakan suatu kegiatan yang disenangi, menantang, dan bermakna bagi peserta didik. Kegiatan belajar mengajar mengandung arti interaksi dari berbagai komponen, seperti guru, murid, bahan ajar, dan sarana lain yang digunakan pada saat kegiatan berlangsung. Lubis (2004:51) menyatakan bahwa,
Kegiatan belajar mengajar (KBM) merupakan kegiatan interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa, serta siswa dengan sumber belajar lainnya dalam satu kesatuan waktu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Sehubungan dengan itu, Suryosubroto (2007:262) mengemukakan sebagai berikut.
Kemampuan mengelola proses belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif dan harmonis antara guru dengan peserta didik yang mencakup segi kognitif, apektif, dan psikomotor, sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan yang matang sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut hingga tercapai tujuan yang diharapkan.
Dari uraian di atas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul, handal, dan bermoral sejak dini hingga dewasa nanti. Hal yang menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berdasarkan metode yang menarik, menantang, dan menyenangkan. Para guru sering kali menyampaikan materi Ilmu Pengetahuan Sosial secara apa adanya (konvensional), sehingga pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial cenderung membosankan dan kurang menarik minat para siswa yang pada gilirannya prestasi belajar mereka kurang memuaskan. Di sisi lain, juga ada kecenderungan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih rendah. Setidaknya, ada tiga indikator yang menunjukkan hal ini. Pertama, siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain. Kedua, siswa kurang memiliki kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri. Dan, ketiga, siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan teman yang lain secara sehat.
Pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sering dianggap sebagai suatu kegiatan yang membosankan, kurang menantang, kurang bermakna, serta kurang terkait dengan kehidupan keseharian. Akibatnya, banyak kritikan yang ditujukan kepada guru-guru yang mengajarkan mata pelajaran ini, antara lain rendahnya daya kreasi guru dan siswa dalam pembelajaran, kurang dikuasainya materi-materi Ilmu Pengetahuan Sosial oleh siswa, dan kurangnya variasi dalam pembelajaran.
Meningkatnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan membuat pelajaran lebih bermakna dan berarti bagi kehidupannya. Dikatakan demikian, karena: (1) adanya keterlibatan siswa dalam menyusun dan membuat perencanaan KBM; (2) adanya keterlibatan intelektual emosional siswa melalui dorongan dan semangat yang dimilikinya; dan (3) adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam mendengarkan dan memperhatikan apa yang disajikan guru.
Agar pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satu cara yang cukup efektif untuk diterapkan dalam rangka itu adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Untuk membuktikan hal itu, maka dilakukanlah penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran ini.
b.      Identifikasi Masalah
Memperhatikan tuntutan seperti pada uraian latar belakang masalah di atas, timbul suatu pertanyaan bagaimana dengan kondisi nyata di lapangan. Berdasarkan hasil refleksi awal terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa binaan pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, diperoleh suatu gambaran akan adanya kesenjangan sebagai berikut.
1.    Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah dan sedang berlangsung di kelas masih berjalan monoton.
2.    Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat.
3.    Belum ada kolaborasi antara guru dan siswa.
4.    Modelpembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional.
5.    Masih rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.  
c.         Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, apa yang menjadi pokok masalah dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.    Bagaimana langkah-langkah menggunakan medol pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial?
2.    Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial?
d.        Cara Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah, baik yang berkaitan dengan masih rendahnya aktivitas maupun hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial, solusi yang diupayakan untuk itu adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Penggunaan model pembelajaran tersebut menempuh tahapan penelitian tindakan kelas, yang direncanakan dalam tiga siklus. Adapun tahapan-tahapan dimaksud, meliputi: (1) menyusun rencana tindakan, (2) melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana, (3) mengamati jalannya pelaksanaan tindakan, dan (4) merefleksi proses dan hasil dari pelaksanaan tindakan.
e.         Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian tindakan kelas ini, baik bagi guru maupun siswa, sebagai berikut.
1.    Guru dapat meningkatkan kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar ilmu pengetahuan sosial.
2.    Siswa merasa dirinya mendapatkan perhatian dan kesempatan untuk belajar lebih baik lagi dalam menyampaikan pendapat, ide, gagasan, dan pertanyaan pada saat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dalam konteks penelitian ini berlangsung.
3.    Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas individu maupun kelompok.
4.    Seluruh siswa menguasai materi pelajaran secara tuntas.
f.         Hipotesis Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui ketiga siklus penelitian tindakan kelas tersebut, dapat diamati peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut.
1.    Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) aktivitas siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat ditingkatkan.
2.    Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat ditingkatkan.
E.     Kajian Pustaka
a.         Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Hakikat model pembelajaran kooperatif (cooperatiflearning) akan dibahas dalam beberapa bagian, yakni pembelajaran kooperatif, unsur-unsur pembelajaran kooperatif, perbedaan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran tradisional, dan pentingnya pembelajaran kooperatif.
1.    Pembelajaran Kooperatif
Secara sederhana, namun jelas, Kunandar (2006:265) memberikan pengertian bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antarsiswa untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.
2.    Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif 
8
 
Hasil telaah beberapa pustaka yang digunakan diperoleh gambaran mengenai unsur-unsur pembelajaran kooperatif, sebagaimana dikemukakan Hermawan (2006:73), bahwa unsur-unsur pembelajaran kooperatif sedikitnya ada empat, yakni saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, dan keterampilan menjalin hubungan.
1)   Saling Ketergantungan Positif
Menurut Kunandar (2006:265), dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan antarsesama. Dengan saling membutuhkan antarsesama, maka mereka merasa saling ketergantungan yang positif. Saling ketergantungan tersebut dapat tercapai melalui: (1) saling ketergantungan pencapaian tujuan; (2) saling ketergantungan dalam menyelesaikan pekerjaan; (3) ketergantungan bahan atau sumber untuk menyelesaikan pekerjaan; dan (4) saling ketergantungan peran.
2)   Interaksi Tatap Muka
Sehubungan dengan istilah interaksi tatap muka dalam pembelajaran kooperatif,maksudnya dijelaskan Hermawan (2006:56) sebagai berikut. Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Dengan interaksi tatap muka memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar, sehingga sumber belajar menjadi variasi. Dengan interaksi ini diharapkan akan memudahkan dan membantu siswa dalam mempelajari suatu materi atau konsep.
3)   Akuntabilitas Individual
Menurut Kunandar (2006:266), meskipun pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok, tetapi penilaian dalam rangka mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran dilakukan secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok dapat mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan, dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya. Oleh karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual dalam pembelajaran kooperatif.
4)   Keterampilan Menjalin Hubungan Antarpribadi
Melalui pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan keterampilan menjalin hubungan antarpribadi. Hal ini karena dalam pembelajaran kooperatif menekankan aspek-aspek tanggung jawab, rasa, sikap sopan santun terhadap teman, mengritik ide dan bukan mengritik orangnya, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, dan berbagai sifat positif lainnya (Hermawan, 2006:74).
Menurut Ibrahim dkk., (dalam Kunandar, 2006:266), unsur-unsur pembelajaran kooperatif, antara lain: (1) siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa “mereka sehidup sepenanggungan bersama”; (2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya; (3) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama; (4) siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya; (5) siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok; (6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama; dan (7) siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.    
b.      Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional
 Dalam pembelajaran tradisional juga dikenal belajar kelompok. Meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan prinsip antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional. Abdurrahman dan Bintaro (dalam Nurhadi, 2003:102) mengemukakan beberapa perbedaan antara keduanya, seperti tertuang pada tabel berikut.
Tabel 1
Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dan PembelajaranTradisional
Kelompok Belajar Kooperatif
Kelompok Belajar Tradisional
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi, sehingga ada interaksi promotif.
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya, sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual sering diabaikan, sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya “enak-enak saja” di atas keberhasilan temannya yang dianggap “pemborong”.
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya, sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogen.
Ketua kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.
Ketua kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih ketuanya dengan cara masing-masing.
Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong, seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antarkelompok.
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru sering tidak memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antarpribadi yang saling menghargai).
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
Sumber, Nurhadi (2003)
c.    Pentingnya Pembelajaran Kooperatif
Hasil penelitian melalui metode meta analisis yang dilakukan oleh Johnson dan Johnson (dalam Nurhadi, 2003:76) menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif, yakni sebagai berikut.
1.      Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
2.      Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati.
3.      Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan informasi, perilaku sosial, dan pandangan.
4.      Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
5.      Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
6.      Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois dan egosentris.
7.      Menghilangkan siswa dari penderitaan akibat kesendirian atau keterasingan.
8.      Dapat menjadi acuan bagi perkembangan kepribadian yang sehat dan terintegrasi.
9.      Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
10.  Mencegah timbulnya gangguan kejiwaan.
11.  Mencegah terjadinya kenakalan di masa remaja.
12.  Menimbulkan perilaku rasional di masa remaja.
13.  Berbagi keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikkan.
14.  Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
15.  Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
16.  Meningkatkan perasaan penuh makna mengenai arah dan tujuan hidup.
17.  Meningkatkan keyakinan terhadap ide atau gagasan sendiri.
18.  Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
19.  Meningkatkan motivasi belajar.
20.  Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.
21.  Mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan saling menjaga perasaan.
22.  Meningkatkan sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.
23.  Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.
24.  Meningkatkan kesehatan psikologis.
25.  Meningkatkan sikap tenggang rasa.
26.  Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
27.  Memungkinkan siswa mampu mengubah pandangan klise dan stereotip menjadi pandangan yang dinamis dan realistis.
28.  Meningkatkan rasa harga diri (selfesteem) dan penerimaan diri (selfacceptance).
29.  Memberikan harapan yang lebih besar bagi terbentuknya manusia dewasa yang mampu menjalin hubungan positif dengan sesamanya, baik di tempat kerja maupun di masyarakat.
30.  Meningkatkan hubungan positif antara siswa dengan guru dan personel sekolah.
31.  Meningkatkan pandangan siswa terhadap guru yang bukan hanya pengajar tetapi juga pendidik.
Menciptakan suasana belajar kooperatif bukan suatu pekerjaan yang mudah, tetapi diperlukan pemahaman filosofis dan keilmuan yang cukup disertai dedikasi yang tinggi, serta latihan yang serius dan terus menerus.  
d.   STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)
Ada empat tipe pembelajaran kooperatif yang biasa digunakan oleh guru, yang salah satunya adalah tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Tipe ini dikembangkan oleh Robert Slavin dkk., dari Universitas John Hopkins. Tipe ini dipandang sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari pembelajaran kooperatif. Tipe ini digunakan untuk mengajarkan informasi akademik, baik kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) dijelaskan Kunandar (2006:270), sebagai berikut.
1.    Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, yang masing-masing terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya (prestasinya).
2.    Guru menyampaikan materi pelajaran.
3.    Guru memberikan tugas kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik, dan kemudian saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok.
4.    Guru memberikan pertanyaan atau kuis kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab pertanyaan atau kuis dari guru ke siswa tidak boleh saling membantu.
5.    Setiap akhir pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
6.    Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap materi pelajaran, dan kepada siswa secara individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
7.    Kesimpulan.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) melalui tahapan sebagai berikut: (1) penjelasan materi pembelajaran; (2) diskusi atau kerja kelompok belajar; (3) validasi oleh guru; (4) evaluasi (tes); (5) menentukan nilai individu dan kelompok; dan (6) penghargaan individu dan kelompok.
e.    Hakikat Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial
Pada bagian ini akan diuraikan tentang hakikat aktivitas dan hasil belajar siswa, sebagaimana tertulis berikut.
1.    Hakikat Aktivitas Belajar
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut (Kunandar, 2006:272). Peningkatan aktivitas siswa, yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pelajaran. Metode belajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan belajar mengajar (Hermawan, 2006:78).
Menurut Kunandar (2006:272), indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari: (1) mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran; (2) aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa; dan (3) mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam LKS melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisons).
2.    Hakikat Hasil Belajar
Menurut Sudjana (1991:45), hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan. Pendapat yang tidak jauh berbeda dikemukakan Nasution (1989:112), bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif (Hermawan, 2006:79). Lebih lanjut dikemukakan, untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai suatu materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran pengetahuan sosial. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peserta didik. 
F.     Metodologi Penelitian
a.      Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat dan waktu penelitian, serta siklus PTK. Lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1.    Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Mekarsari Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah. Adapun yang menjadi subjeknya, yaitu Kelas III  pada tahun pelajaran 2008/2009.
Pemilihan sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di sekolah binaan. 
2.    Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru 2008/2009, yaitu bulan Juli sampai dengan November 2008. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar efektif di kelas.
3.    Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mengikuti mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang kompetensi dasar memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
b.      Persiapan PTK
Sebelum PTK dilaksanakan dibuat berbagai input instrumental yang akan digunakan  untuk memberi perlakuan PTK, yaitu rencana pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan PTK, yaitu kompetensi dasar memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah.     
Selain itu juga akan dibuat perangkat pembelajaran yang berupa: (1) Lembar Kerja Siswa; (2) Lembar Pengamatan Diskusi; (3) Lembar Evaluasi. Dalam persiapan juga akan disusun daftar nama kelompok diskusi yang dibuat secara heterogen.
c.       Subjek Penelitian
Dalam PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa Kelas IIISD Negeri 1 Mekarsari Kecamatan Cimerak, Kabupeten CiamisTahun Pelajaran 2008/2009, yang terdiri atas 32 orang siswa (16 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan).
d.      Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa, guru, teman sejawat dan kolabolator. Lebih jelasnya, sebagai berikut.
1.      Siswa
Untuk mendapatkan data tentang aktivitas dan hasil belajar dalam proses belajar mengajar.
2.      Guru
Untuk melihat keberhasilan tingkat implementasi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3.      Teman Sejawat dan Kolabolator
Teman sejawat dan kolabolator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif, baik dari sisi siswa maupun guru.


e.       Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara, dan diskusi.
1)   Tes dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.
2)   Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang partisipasi siswa dalam PBM dan implementasi pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, khususnya tentang memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3)   Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
4)   Diskusi antara guru, teman sejawat, dan kolabolator untuk merefleksi hasil siklus PTK.
2.    Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data penelitian ini meliputi lembar tes, lembar observasi, lembar wawancara, dan lembar diskusi.
f.     Indikator Kinerja
Dalam PTK ini yang akan dilihat indikator kinerjanya selain siswa juga guru, karena guru merupakan fasilitator yang sangat berpengaruh terhadap kinerja siswa.
1.    Siswa
1)      Tes: rata-rata nilai ulangan harian.
2)      Observasi: keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakan.
2.    Guru
1)      Dokumentasi: kehadiran siswa.
2)      Observasi: hasil observasi.
g.    Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
1.    Aktivitas siswa dalam PBM: dengan menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam PBM. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
2.    Hasil belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata ulangan harian. Kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
3.    Implementasi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara  lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)dengan menganalisis tingkat keberhasilan, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.
h.   Prosedur Penelitian
Siklus 1
Siklus 1 dalam PTK ini terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi sebagai berikut.
1.    Perencanaan (Planning)
1)      Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
2)   Membuat rencana pembelajaran berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3)   Membuat lembar kerja siswa.
4)   Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK siklus 1.
5)   Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2.    Pelaksanaan (Acting)
1)   Membagi siswa dalam delapan kelompok.
2)   Menyajikan materi pelajaran.
3)   Diberikan materi diskusi.
4)   Dalam diskusi kelompok, guru mengarahkan kelompok.
5)   Salah satu dari kelompok diskusi mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
6)   Guru memberikan kuis atau pertanyaan.
7)   Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan.
8)   Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama.
9)   Melakukan pengamatan atau observasi.
3.    Pengamatan (Observing)
1)   Situasi kegiatan belajar mengajar.
2)   Keaktifan siswa.
3)   Kemampuan siswa dalam diskusi kelompok.
4.    Refleksi (Reflecting)
Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut.
1)   Sebagian besar (75% dari siswa) berani dan mampu menjawab pertanyaan dari guru.
2)   Sebagian besar (70% dari siswa) berani menanggapi dan mengemukakan pendapat tentang jawaban siswa yang lain.
3)   Sebagian besar (70% dari siswa) berani dan mampu untuk bertanya tentang materi pelajaran pada hari itu.
4)   Lebih dari 80% anggota kelompok aktif dalam mengerjakan tugas kelompoknya.
5)   Penyelesaian tugas kelompok sesuai dengan waktu yang disediakan.
Siklus 2 
Seperti halnya siklus 1, siklus 2 pun terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
1.    Perencanaan
Tim peneliti membuat rencana pembelajaran untuk siklus 2 berdasarkan hasil refleksi siklus 1. Selain itu, menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus 2. 
2.    Pelaksanaan
Guru dan siswa melaksanakan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) berdasarkan rencana pembelajaran yang disusun sesuai dengan hasil refleksi siklus 1.
3.    Pengamatan
Tim peneliti (guru dan kolabolator) melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam KBM Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara  lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
4.    Refleksi
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus 2 dan menyusun rencana (perencanaan ulang ) untuk siklus 3.
Siklus 3
Siklus 3 merupakan putaran ketiga dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions), yang menempuh tahapan sama dengan siklus 1 dan siklus 2.
1.    Perencanaan
Tim peneliti membuat rencana pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara  lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Selain itu juga membuat instrumen yang digunakan pada siklus 3.
2.    Pelaksanaan (Acting)
Guru dan siswa melaksanakan Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara  lingkungan alam dan buatan di sekitar rumahdengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi siklus 2.
3.    Pengamatan (Observing)
Tim peneliti (guru dan kolabolator) melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara  lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
4.    Refleksi (Reflecting)
Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus 3 dan menganalisis untuk membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara  lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
G.    Hasil Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi hasil penelitian diuraikan dalam tahapanpembahasan siklus-siklus pembelajaranIlmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara  lingkungan alam dan buatan di sekitar rumahdengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini, pembelajaran dilakukan dalam tiga siklus sebagaimana diuraikan berikut ini.
Siklus 1
Siklus 1 terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi serta perencanaan ulang , seperti berikut ini.
1.   Perencanaan
Pada tahap perencanaan (planning) tindakan siklus 1,menempuh langkah-langkah sebagai berikut.
1)   Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
2)   Membuat rencana pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3)   Membuat lembar kerja siswa.
4)   Membuat instrumen yang digunakan dalam PTK siklus 1.
5)   Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
2.   Pelaksanaan
Pada saat awal siklus 1 pelaksanaan tindakan belum sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan berikut.
1)   Sebagian kelompok belum terbiasa dengan kondisi belajar berkelompok.
2)   Sebagian kelompok belum memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) secara utuh dan menyeluruh.
Untuk mengatasi masalah di atas dilakukan upaya sebagai berikut.
1)   Guru dengan intensif memberi pengertian kepada siswa kondisi dalam berkelompok, kerjasama kelompok, keikutsertaan siswa dalam kelompok.
2)   Guru membantu kelompok yang belum memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Pada akhir siklus 1 dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi  dengan teman sejawat dapat disimpulkan sebagai berikut.
1)   Siswa mulai terbiasa dengan kondisi belajar kelompok.
2)   Siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3)   Siswa mampu menyimpulkan bahwa  pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions), memiliki langkah-langkah tertentu.
3.   Observasi dan Evaluasi
Hasil observasi dan evaluasi pada siklus 1 diperoleh gambaran sebagai berikut.
1)   Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 1
Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Diponegoro
11
16
69

Hasanudin
12
16
75

Imam Bonjol
14
16
88
Tertinggi
Patimura
10
16
63

Cut Nya Dien
8
16
50
Terendah
Teuku Umar
10
16
63

Kartini
11
16
69

Dewi Sartika
12
16
75

Rerata
11
16
69


2)   Hasil observasi siklus 1 tentang aktivitas guru dalam PBM
Hasil observasi aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus 1 masih tergolong rendah dengan perolehan skor 27 atau 61,36%, sedangkan skor idealnya adalah 44. Hal ini terjadi karena guru lebih banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa bagaimana melakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3)   Hasil evaluasi siklus 1, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
Selain aktivitas guru dalam PBM, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun masih tergolong kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai 62 atau 62%.
Grafik 1
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I



4.   Refleksi dan Perencanaan Ulang
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus 1, sebagai berikut.
1)   Guru belum terbiasa menciptakan suasana pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Hal ini diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam PBM hanya mencapai 61,36%.
2)   Sebagian siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Mereka merasa senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai 69%.
3)   Hasil evaluasi pada siklus 1 mencapai rata-rata 6,20.
4)   Masih ada kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan. Hal ini karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar.
5)   Masih ada kelompok yang kurang mampu dalam mempresentasikan hasil kegiatan kelompok.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus 1, maka pada pelaksanaan siklus 2 dapat dibuat perencanaan sebagai berikut.
1)   Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)   Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3)   Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
Siklus 2
Seperti pada siklus 1, siklus 2 terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi dan perencanaan ulang . Lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1.    Perencanaan
Perencanaan pada siklus 2 didasarkan pada perencanaan ulang  siklus 1, yakni sebagai berikut.
1)   Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)   Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3)   Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
4)   Membuat perangkat pembelajaran yang lebih mudah dipahami oleh siswa.

2.   Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus 2 didasarkan pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari refleksi siklus 1. Adapun langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut.
1)   Suasana pembelajaran sudah mengarah pada proses belajar berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan baik. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok.
2)   Sebagian besar siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
3)   Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.
3.   Observasi dan Evaluasi
Hasil observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus 2 menunjukkan perubahan yang lebih baik daripada siklus 1. Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)   Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM selama siklus 2 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2
Aktivitas Siswa dalam Kelompok pada Siklus 2
Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Diponegoro
12
16
75

Hasanudin
13
16
81

Imam Bonjol
14
16
88
Tertinggi
Patimura
11
16
69

Cut Nya Dien
10
16
63
Terendah
Teuku Umar
11
16
69

Kartini
12
16
75

Dewi Sartika
13
16
75

Rerata
12
16
74















Grafik 2Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus II

2)   Hasil observasi aktivitas guru dalam PBM pada siklus 2 tergolong sedang. Hal ini berarti mengalami perbaikan dari siklus 1. Dari skor ideal 44, nilai yang diperoleh adalah 35 atau 80%.
3)   Hasil evaluasi penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus 2 juga tergolong sedang, yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rerata skor perolehan adalah 70 atau 70%.
4)   Hasil ulangan harian siklus 2 mengalami peningkatan yang sebelumnya 5,48 menjadi 6,53. Ini berarti naik 1,05.
4.   Refleksi dan Perencanaan Ulang
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus 2 ini, sebagai berikut.
1)   Aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah ke langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 69% pada siklus 1 menjadi 74% pada siklus 2.
2)   Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Guru secara intensif membimbing siswa saat mengalami kesulitan dalam PBM. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 61,36% pada siklus 1 menjadi 80% pada siklus 2.
3)   Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi berdampak pada meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi diperoleh 6,20 pada siklus 1 meningkat menjadi 7,00 pada siklus 2.
4)   Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian pada siklus 2 menjadi 6,53.
Siklus 3
1.   Perencanaan
Perencanaan (planning) pada siklus 3 berdasarkan perencanaan ulang  siklus 2, yaitu sebagai berikut.
1)   Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)   Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3)   Memberi pengakuan atau penghargaan (reward).
4)   Membuat perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD yang lebih baik lagi agar makin mudah dipahami oleh siswa.
2.  Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus 3 didasarkan pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari refleksi siklus 2. Adapun langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut.
1)   Suasana pembelajaran sudah lebih mengarah pada langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik mampu dikerjakan dengan lebih baik lagi. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok. Siswa kelihatan lebih antusias mengikuti PBM.
2)   Hampir semua siswa merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok lain.
3)   Suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sudah lebih tercipta.
3.   Observasi dan Evaluasi
  Hasil observasi selama siklus 3 dapat dilihat seperti pada uraian berikut.
1)   Hasil observasi aktivitas siswa dalam PBM pada siklus 3 tertuang pada tabel berikut.

Tabel 3
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 3
Kelompok
Skor Perolehan
Skor Ideal
Persentase
Keterangan
Diponegoro
14
16
88

Hasanudin
14
16
88

Imam Bonjol
15
16
94
Tertinggi
Patimura
13
16
81

Cut Nya Dien
12
16
75
Terendah
Teuku Umar
13
16
81

Kartini
14
16
88

Dewi Sartika
14
16
88

Rerata
12
16
85



Grafik 3
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 3
2)   Hasil observasi siklus 3, aktivitas guru dalam PBM mendapat rerata nilai perolehan 40 dari skor ideal 44 atau 91%. Hal ini berarti menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan.
3)   Hasil evaluasi siklus 3, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran memiliki nilai rerata 85 atau 85% dari skor ideal 100. Hal ini menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran tergolong tinggi.
4)   Hasil ulangan harian ketiga mengalami peningkatan yang cukup berarti, yakni 7,60, sedangkan sebelumnya 5,48 pada siklus 1 dan pada siklus 2  6,53.
4.      Refleksi
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus 3, sebagai berikut.
1)   Aktivitas siswa dalam PBM sudah mengarah ke langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).  Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74% pada siklus 2 menjadi 85% pada siklus 3.
2)   Meningkatnya aktivitas siswa dalam PBM didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Guru intensif membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam PBM dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari 80% pada siklus 2 menjadi 91% pada siklus 3.
3)   Meningkatnya aktivitas siswa dalam melaksanakan evaluasi berkontribusi terhadap meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi 7,00 pada siklus 2 meningkat menjadi 8,50 pada siklus 3.
4)   Meningkatnya rata-rata nilai ulangan harian dari 5,48 (ulangan harian siklus 1) menjadi 6,53 (ulangan harian siklus 2) dan 7,33 (ulangan harian siklus 3).

H.    Simpulan dan Saran
a.      Simpulan
Setelah membahas hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, akhirnya dapat diambil simpulan guna menjawab pokok masalah yang menjadi fokus kajian, yaitu sebagai berikut.
1.   
71
 
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara  lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah  menempuh tahapan strategis berikut: (1) menyusun perencanaan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions); (2) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana; (3) mengevaluasi aktivitas dan hasil belajar siswa; dan (4) menindaklanjuti hasil refleksi terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa yang terevaluasi. Proses yang ditempuh dalam setiap tahapan ini, baik yang dilakukan guru maupun siswa tidak lepas dari ketentuan yang berlaku, demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Aktivitas belajar siswa bukan saja secara bertahap sesuai dengan norma pembelajaran ini, tetapi juga hasil yang didapat pun secara bertahap meningkat pula. Siswa menjadi aktif dan memahami perannya sebagai apa dalam anggota kelompok kooperatif. Antarsiswa bukan saja tampak merasa senang dan antusias saat berbagi ide dan  bertanya jawab, tetapi juga santun dalam melakukan hal itu. Itu sebabnya model pembelajaran ini diterapkan dengan menempuh tahap tersebut guna meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa sebagaimana yang diharapkan.
2.    Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions), terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah . Selain aktivitas belajar siswa terkesan lebih bermakna (meaningfullearning), potensi aktifnya pun dalam menggali ide, saling berbagi dan menerima gagasan sehubungan dengan materi ajar, bertanya jawab dengan teman dan guru, kreatif dalam prakarsa dan tindakan dengan tidak melukai perasaan satu sama lain, hal ini terjadi pada saat proses pembelajaran ini berlangsung. Dengan sendirinya, hasil belajar masing-masing siswa setelah menempuh proses akitivitas belajar secara terlatih ini, meningkat. Hal ini terbukti dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas yang pada siklus 1 hanya rata-rata 69% menjadi 74% pada siklus 2,  dan 85% pada siklus 3. Penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian, yakni siklus 1 mencapai 5,48 menjadi 6,53 pada siklus 2 dan 7,33 pada siklus 3. Melalui langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions), siswa membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-langkah dalam mencari penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasai oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok.


b.      Saran
Telah terbuktinya model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara  lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah , maka diajukan saran sebagai berikut.
1.    Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan model ini sebagai suatu alternatif guna mencapai tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah, yaitu siswa aktif dalam belajar dan berhasil mencapai hasil belajar yang diinginkan. Setiap tahapan yang sudah ditempuh, baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi dan tindak lanjut, akan menjadi lebih baik apabila direnungkan secara bijak agar diperoleh proses setiap tahapan yang akurat.
2.    Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan, baik dalam mengelola pembelajaran yang sama, maupun yang lain di dalam atau di luar mata pelajaran ini.  
I.       Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.
Barr, Robert., Bart, James L. & Shermis, S. Samuel. 1978. The Nature of The Social Studies. California: ETC Publication.
Borg & Gall. 2003. Educational Research. New York: Allyn and Bacon.
Depdiknas. 1997. Sumber dan Media Pembelajaran IPS. Pusat Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang.
Hermawan, Asep. 2007. Pengembangan Profesi Guru Melalui Tindakan Reflektif dan Aplikatif Diri Menjadi Peneliti Mahir dalam Penelitian Tindakan Kelas. Makalah: Tidak Dipublikasikan.
----------------------. 2007. Strategi Peningkatan Kinerja Guru dalam Mengelola Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas Secara Profesional dan Bermutu. Makalah: Tidak Dipublikasikan.
Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Idrak, M.,dkk. 2007. Ringkasan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Lengkap. Yogyakarta: Messemedia.
Kunandar. 2007. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Moloeng, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Natawidjaja, Rohman. 1985. Cara Belajar Siswa Aktif dan Penerapannya dalam Metode Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Dikdasmen Depdiknas.
Nasution, S. 1989. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Jemmars.
Sudjana, Nana. 1991. Model-model Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru.
-------------------. 2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru.
Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan.
Wachidi. 2000. Inovasi Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial SMP di Kota Bandung. Disertasi tidak Diterbitkan: PPS UPI Bandung.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar