A.
Judul

PENINGKATAN
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) DI KELAS III SD NEGERI 1 MEKARSARI
KECAMATAN CIMERAK KABUPETEN CIAMIS TAHUN PELAJARAN 2008/2009
B.
Nama Penulis
Maman Suherman,S.Pd.
C.
Abstrak dan Kata Kunci
Kata Kunci:
Mata Pelajaran IPS,
Aktivitas dan Hasil Belajar
Siswa, dan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions).
Abstrak

D.
Pendahuluan
a.
Latar
Belakang Masalah
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar
sudah lama mengalami pergeseran sebagai dampak dari tuntutan zaman.Hal ini
terbukti dengan diluncurkannya kurikulum yang berorientasi kompetensi
berdasarkan satuan pendidikan.Adapun tujuan pembelajaran dari mata pelajaran
ini seperti dikemukakan Wachidi (dalam
Kunandar, 2007:261), yang dikutip
berikut.
Ada beberapa tujuan
pokok dari pengetahuan sosial, yaitu: (1) memberikan pengetahuan kepada manusia
bagaimana bersikap terhadap benda-benda di sekitarnya; (2) memberikan
pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan manusia lain; (3)
memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara berhubungan dengan
masyarakat sekitarnya; (4) memberikan pengetahuan kepada manusia bagaimana cara
berhubungan dengan alam sekitarnya; dan (5) memberikan pengetahuan kepada
manusia bagaimana cara berhubungan dengan tuhannya.
Memperhatikan
tujuan di atas, maka seharusnya
pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial di sekolah-sekolah merupakan suatu kegiatan yang disenangi, menantang,
dan bermakna bagi peserta didik. Kegiatan belajar mengajar mengandung arti
interaksi dari berbagai komponen, seperti guru, murid, bahan ajar, dan sarana
lain yang digunakan pada saat kegiatan berlangsung. Lubis (2004:51) menyatakan
bahwa,
Kegiatan
belajar mengajar (KBM) merupakan kegiatan interaksi antara guru dengan siswa,
dan antara siswa dengan siswa, serta siswa dengan sumber belajar lainnya dalam
satu kesatuan waktu dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
Sehubungan dengan itu, Suryosubroto
(2007:262) mengemukakan sebagai berikut.
Kemampuan
mengelola proses belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan guru dalam
menciptakan suasana komunikasi yang edukatif dan harmonis antara guru dengan
peserta didik yang mencakup segi kognitif, apektif,
dan psikomotor, sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan yang
matang sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut hingga tercapai tujuan
yang diharapkan.
Dari
uraian di atas dapat diasumsikan bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial mempunyai
nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang
unggul, handal, dan bermoral sejak dini hingga dewasa nanti. Hal yang menjadi
hambatan selama ini dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah
disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial berdasarkan
metode yang menarik, menantang, dan menyenangkan. Para guru sering kali
menyampaikan materi Ilmu Pengetahuan Sosial secara apa adanya (konvensional),
sehingga pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial cenderung membosankan dan kurang
menarik minat para siswa yang pada gilirannya prestasi belajar mereka kurang
memuaskan. Di sisi lain, juga ada kecenderungan bahwa aktivitas siswa dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih rendah. Setidaknya, ada tiga
indikator yang menunjukkan hal ini. Pertama,
siswa kurang memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat kepada orang lain.
Kedua, siswa kurang memiliki
kemampuan untuk merumuskan gagasan sendiri. Dan, ketiga, siswa belum terbiasa bersaing menyampaikan pendapat dengan
teman yang lain secara sehat.
Pembelajaran
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sering dianggap sebagai suatu kegiatan
yang membosankan, kurang menantang, kurang bermakna, serta kurang terkait
dengan kehidupan keseharian. Akibatnya, banyak kritikan yang ditujukan kepada
guru-guru yang mengajarkan mata pelajaran ini, antara lain rendahnya daya
kreasi guru dan siswa dalam pembelajaran, kurang dikuasainya materi-materi Ilmu
Pengetahuan Sosial oleh siswa, dan kurangnya variasi dalam pembelajaran.
Meningkatnya
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan membuat pelajaran lebih bermakna
dan berarti bagi kehidupannya. Dikatakan demikian, karena: (1) adanya
keterlibatan siswa dalam menyusun dan membuat perencanaan KBM; (2) adanya
keterlibatan intelektual emosional siswa melalui dorongan dan semangat yang
dimilikinya; dan (3) adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam
mendengarkan dan memperhatikan apa yang disajikan guru.
Agar
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi pembelajaran aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan (PAKEM) dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah
satu cara yang cukup efektif untuk diterapkan dalam rangka itu adalah model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Untuk membuktikan hal itu, maka dilakukanlah penelitian tindakan kelas pada
mata pelajaran ini.
b.
Identifikasi
Masalah
Memperhatikan tuntutan seperti pada
uraian latar belakang masalah
di atas, timbul suatu pertanyaan
bagaimana dengan kondisi nyata di lapangan. Berdasarkan hasil refleksi awal terhadap aktivitas
dan hasil belajar siswa binaan pada pembelajaran ilmu pengetahuan sosial,
diperoleh suatu gambaran akan adanya kesenjangan sebagai
berikut.
1.
Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial yang telah dan sedang berlangsung di kelas masih berjalan
monoton.
2.
Belum ditemukan
strategi pembelajaran yang tepat.
3.
Belum ada kolaborasi
antara guru dan siswa.
4.
Modelpembelajaran yang
digunakan masih bersifat
konvensional.
5.
Masih rendahnya
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan
sosial.
c.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas, apa yang menjadi pokok masalah dalam penelitian
tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1.
Bagaimana langkah-langkah menggunakan medol pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)untuk meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial?
2.
Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu
pengetahuan sosial?
d.
Cara
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah, baik yang berkaitan
dengan masih rendahnya aktivitas maupun hasil belajar siswa pada mata pelajaran ilmu
pengetahuan sosial, solusi yang diupayakan
untuk itu adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Penggunaan model pembelajaran tersebut menempuh
tahapan penelitian tindakan kelas, yang direncanakan dalam tiga siklus. Adapun
tahapan-tahapan dimaksud, meliputi: (1) menyusun rencana tindakan, (2)
melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana, (3) mengamati jalannya pelaksanaan
tindakan, dan (4) merefleksi proses dan hasil dari pelaksanaan tindakan.
e.
Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian tindakan kelas ini, baik bagi guru maupun siswa, sebagai berikut.
1.
Guru dapat meningkatkan
kemampuan mengelola kegiatan
belajar mengajar ilmu pengetahuan sosial.
2.
Siswa merasa dirinya
mendapatkan perhatian dan kesempatan untuk belajar lebih baik lagi dalam
menyampaikan pendapat, ide, gagasan, dan pertanyaan pada saat pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial dalam konteks penelitian ini berlangsung.
3.
Siswa dapat bekerja secara
mandiri maupun kelompok serta mampu mempertanggungjawabkan segala tugas
individu maupun kelompok.
4.
Seluruh siswa menguasai
materi pelajaran secara tuntas.
f.
Hipotesis
Tindakan
Penelitian
tindakan kelas ini direncanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus dilaksanakan
mengikuti prosedur perencanaan (planning),
tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui ketiga siklus
penelitian tindakan kelas tersebut, dapat diamati peningkatan aktivitas dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial. Dengan
demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut.
1.
Dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)
aktivitas siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat ditingkatkan.
2.
Dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dapat ditingkatkan.
E. Kajian Pustaka
a.
Hakikat
Model Pembelajaran Kooperatif
Hakikat model
pembelajaran kooperatif (cooperatiflearning)
akan dibahas dalam beberapa bagian, yakni pembelajaran kooperatif, unsur-unsur
pembelajaran kooperatif, perbedaan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran
tradisional, dan pentingnya pembelajaran kooperatif.
1. Pembelajaran Kooperatif
Secara
sederhana, namun jelas, Kunandar (2006:265) memberikan pengertian bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja
mengembangkan interaksi
yang saling asuh antarsiswa untuk menghindari ketersinggungan dan
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan.
2. Unsur-unsur
Pembelajaran Kooperatif
|
1) Saling Ketergantungan Positif
Menurut Kunandar
(2006:265), dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang
mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan antarsesama. Dengan saling
membutuhkan antarsesama, maka mereka merasa saling ketergantungan yang positif.
Saling ketergantungan tersebut dapat tercapai melalui: (1) saling
ketergantungan pencapaian tujuan; (2) saling ketergantungan dalam menyelesaikan
pekerjaan; (3) ketergantungan bahan atau sumber untuk menyelesaikan pekerjaan;
dan (4) saling ketergantungan peran.
2) Interaksi Tatap Muka
Sehubungan
dengan istilah interaksi tatap muka dalam pembelajaran kooperatif,maksudnya dijelaskan
Hermawan (2006:56) sebagai berikut. Interaksi tatap muka menuntut para siswa
dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan
dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Dengan
interaksi tatap muka memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber
belajar, sehingga sumber belajar menjadi variasi. Dengan interaksi ini
diharapkan akan memudahkan dan membantu siswa dalam mempelajari suatu materi
atau konsep.
3) Akuntabilitas Individual
Menurut Kunandar (2006:266), meskipun
pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok, tetapi
penilaian dalam rangka mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu
materi pelajaran dilakukan secara individual. Hasil penilaian secara individual
tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota
kelompok dapat mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan, dan siapa
anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas
rata-rata hasil belajar semua anggotanya. Oleh karena itu tiap anggota kelompok
harus memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Penilaian kelompok yang
didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual
inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual dalam pembelajaran
kooperatif.
4) Keterampilan Menjalin Hubungan Antarpribadi
Melalui pembelajaran kooperatif
akan menumbuhkan keterampilan menjalin hubungan antarpribadi. Hal ini karena
dalam pembelajaran kooperatif menekankan aspek-aspek tanggung jawab, rasa,
sikap sopan santun terhadap teman, mengritik ide dan bukan mengritik orangnya,
berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, dan berbagai
sifat positif lainnya (Hermawan, 2006:74).
Menurut Ibrahim dkk., (dalam
Kunandar, 2006:266), unsur-unsur pembelajaran kooperatif, antara lain: (1)
siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa “mereka sehidup
sepenanggungan bersama”; (2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di
dalam kelompoknya; (3) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam
kelompoknya memiliki tujuan yang sama; (4) siswa haruslah membagi tugas dan
tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya; (5) siswa akan
dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan
untuk semua anggota kelompok; (6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama; dan (7) siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
b.
Perbedaan
Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional
Dalam pembelajaran tradisional juga dikenal
belajar kelompok. Meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan prinsip antara
kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional. Abdurrahman
dan Bintaro (dalam Nurhadi, 2003:102) mengemukakan beberapa perbedaan antara
keduanya, seperti tertuang pada tabel berikut.
Tabel 1
Perbedaan Model
Pembelajaran Kooperatif dan PembelajaranTradisional
Kelompok
Belajar Kooperatif
|
Kelompok
Belajar Tradisional
|
Adanya saling ketergantungan positif,
saling membantu, dan saling memberikan motivasi, sehingga ada interaksi
promotif.
|
Guru sering membiarkan adanya siswa yang
mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
|
Adanya akuntabilitas individual yang
mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok
diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya, sehingga dapat
saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat
memberikan bantuan.
|
Akuntabilitas individual sering
diabaikan, sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota
kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya “enak-enak saja” di atas
keberhasilan
temannya yang dianggap “pemborong”.
|
Kelompok belajar heterogen, baik dalam
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya, sehingga dapat
saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat
memberikan bantuan.
|
Kelompok belajar biasanya homogen.
|
Ketua kelompok dipilih secara
demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para
anggota kelompok.
|
Ketua kelompok sering ditentukan oleh
guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih ketuanya dengan cara
masing-masing.
|
Keterampilan sosial yang diperlukan
dalam kerja gotong royong, seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi,
mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
|
Keterampilan sosial sering tidak
secara langsung diajarkan.
|
Pada saat belajar kooperatif sedang
berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan
intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antarkelompok.
|
Pemantauan melalui observasi dan
intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang
berlangsung.
|
Guru memperhatikan secara langsung
proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
|
Guru sering tidak memperhatikan secara
langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
|
Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antarpribadi
yang saling menghargai).
|
Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas.
|
Sumber, Nurhadi (2003)
c. Pentingnya Pembelajaran
Kooperatif
Hasil penelitian melalui metode meta
analisis yang dilakukan oleh Johnson dan Johnson (dalam Nurhadi, 2003:76)
menunjukkan adanya berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif, yakni sebagai
berikut.
1.
Memudahkan siswa melakukan
penyesuaian sosial.
2.
Mengembangkan
kegembiraan belajar yang sejati.
3.
Memungkinkan para siswa
saling belajar mengenai sikap, keterampilan informasi, perilaku sosial, dan
pandangan.
4.
Memungkinkan terbentuk
dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
5.
Meningkatkan kepekaan
dan kesetiakawanan
sosial.
6.
Menghilangkan sifat
mementingkan diri sendiri atau egois dan egosentris.
7.
Menghilangkan siswa
dari penderitaan akibat kesendirian atau keterasingan.
8.
Dapat menjadi acuan
bagi perkembangan kepribadian yang sehat dan terintegrasi.
9.
Membangun persahabatan
yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
10. Mencegah
timbulnya gangguan kejiwaan.
11. Mencegah
terjadinya kenakalan di masa remaja.
12. Menimbulkan
perilaku rasional di masa remaja.
13. Berbagi
keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling
membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikkan.
14. Meningkatkan
rasa saling percaya kepada sesama manusia.
15. Meningkatkan
kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
16. Meningkatkan
perasaan penuh makna mengenai arah dan tujuan hidup.
17. Meningkatkan
keyakinan terhadap ide atau gagasan sendiri.
18. Meningkatkan
kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
19. Meningkatkan
motivasi belajar.
20. Meningkatkan
kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal
atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.
21. Mengembangkan
kesadaran bertanggung jawab dan saling menjaga perasaan.
22. Meningkatkan
sikap positif terhadap belajar dan pengalaman belajar.
23. Meningkatkan
keterampilan hidup bergotong royong.
24. Meningkatkan
kesehatan psikologis.
25. Meningkatkan
sikap tenggang rasa.
26. Meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif.
27. Memungkinkan
siswa mampu mengubah pandangan klise dan stereotip menjadi pandangan yang
dinamis dan realistis.
28. Meningkatkan
rasa harga diri (selfesteem) dan
penerimaan diri (selfacceptance).
29. Memberikan
harapan yang lebih besar bagi terbentuknya manusia dewasa yang mampu menjalin
hubungan positif dengan sesamanya, baik di tempat kerja maupun di masyarakat.
30. Meningkatkan
hubungan positif antara siswa dengan guru dan personel sekolah.
31. Meningkatkan
pandangan siswa terhadap guru yang bukan hanya pengajar tetapi juga pendidik.
Menciptakan
suasana belajar kooperatif bukan suatu pekerjaan yang mudah, tetapi diperlukan
pemahaman filosofis dan keilmuan yang cukup disertai dedikasi yang tinggi,
serta latihan yang serius dan terus menerus.
d. STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)
Ada empat tipe
pembelajaran kooperatif yang biasa digunakan oleh guru, yang salah satunya
adalah tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Tipe ini dikembangkan oleh Robert Slavin dkk., dari Universitas John Hopkins.
Tipe ini dipandang sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari
pembelajaran kooperatif. Tipe ini digunakan untuk mengajarkan informasi
akademik, baik kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun
tertulis.
Langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)
dijelaskan Kunandar (2006:270), sebagai berikut.
1.
Para siswa di dalam
kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, yang masing-masing terdiri atas 4 atau
5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis
kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya (prestasinya).
2.
Guru menyampaikan
materi pelajaran.
3.
Guru memberikan tugas
kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik, dan kemudian saling
membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya
jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok.
4.
Guru memberikan
pertanyaan atau kuis kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab pertanyaan atau
kuis dari guru ke siswa tidak boleh saling membantu.
5.
Setiap akhir
pembelajaran guru memberikan evaluasi untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap bahan akademik yang telah dipelajari.
6.
Tiap siswa dan tiap
kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap materi pelajaran, dan kepada
siswa secara individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau
memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
7.
Kesimpulan.
Pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe
STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)
melalui tahapan sebagai berikut: (1) penjelasan materi pembelajaran; (2)
diskusi atau kerja kelompok belajar; (3) validasi oleh guru; (4) evaluasi
(tes); (5) menentukan nilai individu dan kelompok; dan (6) penghargaan individu
dan kelompok.
e. Hakikat Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial
Pada bagian ini akan diuraikan tentang
hakikat aktivitas dan hasil belajar siswa, sebagaimana tertulis berikut.
1. Hakikat Aktivitas
Belajar
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam
bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran
guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari
kegiatan tersebut (Kunandar, 2006:272). Peningkatan aktivitas siswa, yaitu
meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah
siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling
berinteraksi membahas materi pelajaran. Metode belajar yang bersifat
partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang
lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta sensitif
dalam kegiatan belajar mengajar (Hermawan, 2006:78).
Menurut Kunandar (2006:272), indikator aktivitas
siswa dapat dilihat dari: (1) mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran;
(2) aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa; dan (3) mayoritas
siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam LKS melalui
pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisons).
2. Hakikat Hasil Belajar
Menurut Sudjana (1991:45), hasil
belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat
pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis,
tes lisan, maupun tes perbuatan. Pendapat yang tidak jauh berbeda dikemukakan
Nasution (1989:112), bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu
yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan, tetapi juga membentuk kecakapan
dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah
yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata
pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif (Hermawan, 2006:79).
Lebih lanjut dikemukakan, untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian
terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai
suatu materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan
oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya
kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
Hasil belajar dapat dilihat dari
hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester
(subsumatif), dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian tindakan
kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil ulangan harian yang
diperoleh siswa dalam mata pelajaran pengetahuan sosial. Ulangan harian
dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau
kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang
harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan
dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali
dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki modul dan
program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai
bagi para peserta didik.
F.
Metodologi Penelitian
a. Setting Penelitian
Setting
dalam penelitian ini meliputi: tempat dan waktu
penelitian, serta siklus PTK. Lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1. Tempat Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di SD
Negeri 1 Mekarsari Kecamatan Cimerak, Kabupaten Ciamis
untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial tentang memelihara lingkungan alam dan buatan di
sekitar rumah. Adapun
yang menjadi subjeknya, yaitu Kelas III pada tahun pelajaran 2008/2009.
Pemilihan
sekolah ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di
sekolah binaan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini
akan dilaksanakan pada awal tahun ajaran baru 2008/2009,
yaitu bulan Juli sampai dengan November 2008.
Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PTK
memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar efektif di
kelas.
3. Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan
melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa
dalam mengikuti mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial tentang kompetensi dasar memelihara lingkungan alam dan
buatan di sekitar rumah dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
b.
Persiapan
PTK
Sebelum PTK
dilaksanakan dibuat berbagai input instrumental yang akan digunakan untuk memberi perlakuan PTK, yaitu rencana
pembelajaran yang akan dijadikan pedoman dalam pelaksanaan PTK, yaitu kompetensi dasar memelihara lingkungan alam
dan buatan di sekitar rumah.
Selain itu juga
akan dibuat perangkat pembelajaran yang berupa: (1) Lembar Kerja Siswa; (2)
Lembar Pengamatan Diskusi; (3) Lembar Evaluasi. Dalam persiapan juga akan
disusun daftar nama kelompok diskusi yang dibuat secara heterogen.
c.
Subjek
Penelitian
Dalam PTK ini
yang menjadi subjek penelitian adalah siswa Kelas IIISD Negeri 1 Mekarsari Kecamatan Cimerak, Kabupeten CiamisTahun
Pelajaran 2008/2009, yang terdiri atas 32 orang siswa (16 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan).
d.
Sumber
Data
Sumber data
penelitian ini adalah siswa, guru, teman sejawat dan kolabolator. Lebih
jelasnya, sebagai berikut.
1.
Siswa
Untuk
mendapatkan data tentang aktivitas dan hasil belajar dalam proses belajar
mengajar.
2.
Guru
Untuk melihat
keberhasilan tingkat implementasi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara lingkungan alam dan buatan di
sekitar rumah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3.
Teman
Sejawat dan Kolabolator
Teman sejawat
dan kolabolator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK
secara komprehensif, baik dari sisi siswa maupun guru.
e.
Teknik
dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara, dan diskusi.
1)
Tes dipergunakan untuk
mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.
2)
Observasi dipergunakan
untuk mengumpulkan data tentang partisipasi siswa dalam PBM dan implementasi
pembelajaran ilmu pengetahuan
sosial, khususnya tentang memelihara lingkungan alam dan buatan di
sekitar rumah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3)
Wawancara dipergunakan
untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara lingkungan
alam dan buatan di sekitar rumah dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
4)
Diskusi antara guru,
teman sejawat, dan kolabolator untuk merefleksi hasil siklus PTK.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul
data penelitian ini meliputi lembar tes, lembar observasi, lembar wawancara,
dan lembar diskusi.
f. Indikator Kinerja
Dalam PTK ini
yang akan dilihat indikator kinerjanya
selain siswa juga guru, karena guru merupakan fasilitator yang sangat
berpengaruh terhadap kinerja siswa.
1. Siswa
1)
Tes: rata-rata nilai ulangan
harian.
2)
Observasi: keaktifan
siswa dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakan.
2. Guru
1)
Dokumentasi: kehadiran
siswa.
2)
Observasi: hasil
observasi.
g. Analisis Data
Data yang
dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK dianalisis
secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat
kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
1.
Aktivitas siswa dalam
PBM: dengan menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam PBM. Kemudian
dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
2.
Hasil belajar: dengan
menganalisis nilai rata-rata ulangan harian. Kemudian dikategorikan dalam
klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
3.
Implementasi
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang
memelihara lingkungan alam dan buatan di
sekitar rumah dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)dengan
menganalisis tingkat keberhasilan, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi
berhasil, kurang berhasil, dan tidak berhasil.
h. Prosedur Penelitian
Siklus
1
Siklus 1 dalam
PTK ini terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi sebagai
berikut.
1. Perencanaan (Planning)
1)
Tim peneliti melakukan
analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan
kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
2)
Membuat rencana
pembelajaran berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe
STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3)
Membuat lembar kerja siswa.
4)
Membuat instrumen yang
digunakan dalam PTK siklus 1.
5)
Menyusun alat evaluasi
pembelajaran.
2. Pelaksanaan (Acting)
1)
Membagi siswa dalam
delapan kelompok.
2)
Menyajikan materi
pelajaran.
3)
Diberikan materi
diskusi.
4)
Dalam diskusi kelompok,
guru mengarahkan kelompok.
5)
Salah satu dari
kelompok diskusi mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
6)
Guru memberikan kuis
atau pertanyaan.
7)
Siswa diberikan
kesempatan untuk memberikan tanggapan.
8)
Penguatan dan
kesimpulan secara bersama-sama.
9)
Melakukan pengamatan
atau observasi.
3. Pengamatan (Observing)
1)
Situasi kegiatan
belajar mengajar.
2)
Keaktifan siswa.
3)
Kemampuan siswa dalam
diskusi kelompok.
4. Refleksi (Reflecting)
Penelitian
tindakan kelas ini berhasil apabila memenuhi beberapa persyaratan sebagai
berikut.
1)
Sebagian besar (75% dari
siswa) berani dan mampu menjawab pertanyaan dari guru.
2)
Sebagian besar (70%
dari siswa) berani menanggapi dan mengemukakan pendapat tentang jawaban siswa
yang lain.
3)
Sebagian besar (70%
dari siswa) berani dan mampu untuk bertanya tentang materi pelajaran pada hari
itu.
4)
Lebih dari 80% anggota
kelompok aktif dalam mengerjakan tugas kelompoknya.
5)
Penyelesaian tugas
kelompok sesuai dengan waktu yang disediakan.
Siklus
2
Seperti halnya
siklus 1, siklus 2 pun terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi.
1. Perencanaan
Tim peneliti
membuat rencana pembelajaran untuk siklus 2 berdasarkan hasil refleksi siklus
1. Selain itu, menyusun instrumen yang digunakan dalam siklus 2.
2. Pelaksanaan
Guru dan siswa melaksanakan
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang
memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) berdasarkan rencana pembelajaran
yang disusun sesuai dengan hasil refleksi siklus 1.
3. Pengamatan
Tim peneliti
(guru dan kolabolator) melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam KBM Ilmu Pengetahuan Sosial
tentang memelihara
lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
4. Refleksi
Tim peneliti
melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus 2 dan menyusun rencana (perencanaan
ulang ) untuk siklus 3.
Siklus
3
Siklus 3
merupakan putaran ketiga dari pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial tentang memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar
rumah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions),
yang menempuh tahapan
sama dengan siklus 1 dan siklus 2.
1. Perencanaan
Tim peneliti
membuat rencana pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial tentang memelihara
lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Selain itu juga membuat instrumen yang digunakan
pada siklus 3.
2. Pelaksanaan (Acting)
Guru dan siswa melaksanakan Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumahdengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) berdasarkan rencana pembelajaran
hasil refleksi siklus 2.
3. Pengamatan (Observing)
Tim peneliti
(guru dan kolabolator) melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
4. Refleksi (Reflecting)
Tim peneliti
melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus 3 dan menganalisis untuk membuat
kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang memelihara
lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) sebagai upaya untuk meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa.
G. Hasil
Penelitian dan Pembahasan
Deskripsi hasil
penelitian diuraikan dalam tahapanpembahasan
siklus-siklus
pembelajaranIlmu Pengetahuan Sosial tentang
memelihara lingkungan alam dan buatan di
sekitar rumahdengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions)yang
telah dilakukan. Dalam
penelitian ini, pembelajaran dilakukan dalam tiga siklus sebagaimana diuraikan
berikut ini.
Siklus
1
Siklus 1 terdiri dari
empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi serta perencanaan
ulang , seperti berikut ini.
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan (planning) tindakan siklus 1,menempuh
langkah-langkah sebagai berikut.
1)
Tim peneliti melakukan
analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan
kepada siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
2)
Membuat rencana
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang
memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah berdasarkan
langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3)
Membuat lembar kerja
siswa.
4)
Membuat instrumen yang
digunakan dalam PTK siklus 1.
5)
Menyusun alat evaluasi
pembelajaran.
2. Pelaksanaan
Pada saat awal
siklus 1 pelaksanaan tindakan belum sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan
oleh beberapa alasan berikut.
1)
Sebagian kelompok belum
terbiasa dengan kondisi belajar berkelompok.
2)
Sebagian kelompok belum
memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) secara
utuh dan menyeluruh.
Untuk mengatasi
masalah di atas dilakukan upaya sebagai berikut.
1)
Guru dengan intensif
memberi pengertian kepada siswa kondisi dalam berkelompok, kerjasama kelompok,
keikutsertaan siswa dalam kelompok.
2)
Guru membantu kelompok
yang belum memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Pada akhir
siklus 1 dari hasil pengamatan guru dan kolaborasi dengan teman sejawat dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1)
Siswa mulai terbiasa
dengan kondisi belajar kelompok.
2)
Siswa mulai terbiasa
dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3)
Siswa mampu
menyimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions),
memiliki langkah-langkah tertentu.
3. Observasi dan Evaluasi
Hasil observasi dan evaluasi pada
siklus 1 diperoleh gambaran sebagai berikut.
1)
Hasil observasi
aktivitas siswa dalam PBM selama siklus 1 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Perolehan
Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 1
Kelompok
|
Skor
Perolehan
|
Skor
Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Diponegoro
|
11
|
16
|
69
|
|
Hasanudin
|
12
|
16
|
75
|
|
Imam Bonjol
|
14
|
16
|
88
|
Tertinggi
|
Patimura
|
10
|
16
|
63
|
|
Cut Nya Dien
|
8
|
16
|
50
|
Terendah
|
Teuku Umar
|
10
|
16
|
63
|
|
Kartini
|
11
|
16
|
69
|
|
Dewi Sartika
|
12
|
16
|
75
|
|
Rerata
|
11
|
16
|
69
|
|
2)
Hasil observasi siklus
1 tentang aktivitas guru dalam PBM
Hasil observasi
aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus 1 masih tergolong
rendah dengan perolehan skor 27 atau 61,36%, sedangkan skor idealnya adalah 44.
Hal ini terjadi karena guru lebih
banyak berdiri di depan kelas dan kurang memberikan pengarahan kepada siswa
bagaimana melakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
3)
Hasil evaluasi siklus
1, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
Selain aktivitas
guru dalam PBM, penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pun masih
tergolong kurang. Dari skor ideal 100, skor perolehan rata-rata hanya mencapai
62 atau 62%.
Grafik 1
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus I

4. Refleksi dan
Perencanaan Ulang
Adapun
keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus 1, sebagai berikut.
1)
Guru belum terbiasa
menciptakan suasana pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Hal ini diperoleh dari hasil observasi
terhadap aktivitas guru dalam PBM hanya mencapai 61,36%.
2)
Sebagian siswa belum
terbiasa dengan kondisi belajar berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Mereka merasa senang dan antusias dalam belajar. Hal ini bisa dilihat dari
hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam PBM hanya mencapai 69%.
3)
Hasil evaluasi pada
siklus 1 mencapai rata-rata 6,20.
4)
Masih ada kelompok yang
belum bisa menyelesaikan tugas dalam waktu yang telah ditentukan. Hal ini
karena anggota kelompok tersebut kurang serius dalam belajar.
5)
Masih ada kelompok yang
kurang mampu dalam mempresentasikan hasil kegiatan kelompok.
Untuk
memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada
siklus 1, maka pada pelaksanaan siklus 2 dapat dibuat perencanaan sebagai
berikut.
1)
Memberikan motivasi
kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)
Lebih intensif
membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3)
Memberi pengakuan atau
penghargaan (reward).
Siklus 2
Seperti pada
siklus 1, siklus 2 terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi
dan perencanaan ulang . Lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1. Perencanaan
Perencanaan pada
siklus 2 didasarkan pada perencanaan ulang siklus 1, yakni sebagai berikut.
1)
Memberikan motivasi
kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)
Lebih intensif
membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3)
Memberi pengakuan atau
penghargaan (reward).
4)
Membuat perangkat
pembelajaran yang lebih mudah dipahami oleh siswa.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus 2 didasarkan
pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari refleksi siklus 1. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut.
1)
Suasana pembelajaran
sudah mengarah pada proses belajar berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja
akademik mampu dikerjakan dengan baik. Siswa dalam satu kelompok menunjukkan
saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui
tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok.
2)
Sebagian besar siswa
merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok
lain.
3)
Suasana pembelajaran
yang efektif dan menyenangkan sudah mulai tercipta.
3. Observasi dan Evaluasi
Hasil observasi dan evaluasi
pelaksanaan tindakan siklus 2 menunjukkan perubahan yang lebih baik daripada
siklus 1. Jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1)
Hasil observasi
aktivitas siswa dalam PBM selama siklus 2 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel
2
Aktivitas
Siswa dalam
Kelompok pada Siklus 2
Kelompok
|
Skor
Perolehan
|
Skor
Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Diponegoro
|
12
|
16
|
75
|
|
Hasanudin
|
13
|
16
|
81
|
|
Imam Bonjol
|
14
|
16
|
88
|
Tertinggi
|
Patimura
|
11
|
16
|
69
|
|
Cut Nya Dien
|
10
|
16
|
63
|
Terendah
|
Teuku Umar
|
11
|
16
|
69
|
|
Kartini
|
12
|
16
|
75
|
|
Dewi Sartika
|
13
|
16
|
75
|
|
Rerata
|
12
|
16
|
74
|
|

Grafik 2Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM
Siklus II
2)
Hasil observasi
aktivitas guru dalam PBM pada siklus 2 tergolong sedang. Hal ini berarti
mengalami perbaikan dari siklus 1. Dari skor ideal 44, nilai yang diperoleh
adalah 35 atau 80%.
3)
Hasil evaluasi
penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran pada siklus 2 juga tergolong
sedang, yakni dari nilai skor ideal 100 nilai rerata skor perolehan adalah 70
atau 70%.
4)
Hasil ulangan harian
siklus 2 mengalami peningkatan yang sebelumnya 5,48 menjadi 6,53. Ini berarti
naik 1,05.
4. Refleksi dan
Perencanaan Ulang
Adapun
keberhasilan yang diperoleh selama siklus 2 ini, sebagai berikut.
1)
Aktivitas siswa dalam
PBM sudah mengarah ke langkah-langkah model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Siswa mampu membangun kerja sama dalam kelompok untuk memahami tugas yang
diberikan guru. Siswa mulai mampu berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu
dalam melaksanakannya. Siswa mulai mampu mempresentasikan hasil kerja dengan
baik. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi terhadap aktivitas siswa
meningkat dari 69% pada siklus 1 menjadi 74% pada siklus 2.
2)
Meningkatnya aktivitas
siswa dalam PBM didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan
dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Guru secara intensif membimbing siswa saat mengalami kesulitan dalam PBM. Hal
ini dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari
61,36% pada siklus 1 menjadi 80% pada siklus 2.
3)
Meningkatnya aktivitas
siswa dalam melaksanakan evaluasi berdampak pada meningkatnya kemampuan siswa
dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi diperoleh 6,20 pada siklus 1
meningkat menjadi 7,00 pada siklus 2.
4)
Meningkatnya rata-rata
nilai ulangan harian pada siklus 2 menjadi 6,53.
Siklus 3
1. Perencanaan
Perencanaan (planning) pada siklus 3 berdasarkan perencanaan
ulang siklus 2, yaitu sebagai berikut.
1)
Memberikan motivasi
kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam merespon tuntutan pembelajaran.
2)
Lebih intensif
membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3)
Memberi pengakuan atau
penghargaan (reward).
4)
Membuat perangkat
pembelajaran kooperatif tipe STAD yang lebih baik lagi agar makin mudah
dipahami oleh siswa.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus 3 didasarkan
pada rencana sebagai konsekuensi hasil dari refleksi siklus 2. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh, sebagai berikut.
1)
Suasana pembelajaran
sudah lebih mengarah pada langkah-langkah model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Tugas yang diberikan guru kepada kelompok dengan menggunakan lembar kerja
akademik mampu dikerjakan dengan lebih baik lagi. Siswa dalam satu kelompok
menunjukkan saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah
diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antarsesama anggota kelompok. Siswa
kelihatan lebih antusias mengikuti PBM.
2)
Hampir semua siswa
merasa termotivasi untuk bertanya dan menanggapi suatu presentasi dari kelompok
lain.
3)
Suasana pembelajaran
yang efektif dan menyenangkan sudah lebih tercipta.
3. Observasi dan Evaluasi
Hasil observasi selama siklus 3 dapat dilihat
seperti pada uraian berikut.
1)
Hasil observasi
aktivitas siswa dalam PBM pada siklus 3 tertuang pada tabel berikut.
Tabel 3
Perolehan Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 3
Kelompok
|
Skor
Perolehan
|
Skor
Ideal
|
Persentase
|
Keterangan
|
Diponegoro
|
14
|
16
|
88
|
|
Hasanudin
|
14
|
16
|
88
|
|
Imam Bonjol
|
15
|
16
|
94
|
Tertinggi
|
Patimura
|
13
|
16
|
81
|
|
Cut Nya Dien
|
12
|
16
|
75
|
Terendah
|
Teuku Umar
|
13
|
16
|
81
|
|
Kartini
|
14
|
16
|
88
|
|
Dewi Sartika
|
14
|
16
|
88
|
|
Rerata
|
12
|
16
|
85
|
|
Grafik 3
Perolehan
Skor Aktivitas Siswa dalam PBM Siklus 3

2)
Hasil observasi siklus
3, aktivitas guru dalam
PBM mendapat rerata nilai perolehan 40 dari skor ideal 44 atau 91%. Hal ini
berarti menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan.
3)
Hasil evaluasi siklus 3, penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran memiliki nilai rerata 85 atau 85% dari skor ideal
100. Hal ini menunjukkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran
tergolong tinggi.
4)
Hasil ulangan harian
ketiga mengalami peningkatan yang cukup berarti, yakni 7,60, sedangkan
sebelumnya 5,48 pada siklus 1 dan pada siklus 2
6,53.
4.
Refleksi
Adapun
keberhasilan yang diperoleh selama siklus 3, sebagai berikut.
1)
Aktivitas siswa dalam
PBM sudah mengarah ke langkah-langkah model
pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions). Siswa mampu membangun kerja sama dalam
kelompok untuk memahami tugas yang diberikan guru. Siswa mulai mampu
berpartisipasi dalam kegiatan dan tepat waktu dalam melaksanakannya. Siswa
mulai mampu mempresentasikan hasil kerja. Hal ini dapat dilihat dari data hasil
observasi terhadap aktivitas siswa meningkat dari 74% pada siklus 2 menjadi 85%
pada siklus 3.
2)
Meningkatnya aktivitas
siswa dalam PBM didukung oleh meningkatnya aktivitas guru dalam mempertahankan
dan meningkatkan suasana pembelajaran yang mengarah pada langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions).
Guru intensif membimbing siswa, terutama saat siswa mengalami kesulitan dalam
PBM dapat dilihat dari hasil observasi aktivitas guru dalam PBM meningkat dari
80% pada siklus 2 menjadi 91% pada siklus 3.
3)
Meningkatnya aktivitas
siswa dalam melaksanakan evaluasi berkontribusi terhadap meningkatnya kemampuan
siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hal ini berdasarkan hasil evaluasi
7,00 pada siklus 2 meningkat menjadi 8,50 pada siklus 3.
4)
Meningkatnya rata-rata
nilai ulangan harian dari 5,48 (ulangan harian siklus 1) menjadi 6,53 (ulangan
harian siklus 2) dan 7,33 (ulangan harian siklus 3).
H. Simpulan dan
Saran
a. Simpulan
Setelah membahas
hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, akhirnya dapat diambil
simpulan guna menjawab pokok masalah yang menjadi fokus kajian, yaitu sebagai
berikut.
1.
|
2.
Penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions),
terbukti dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial tentang
memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah .
Selain aktivitas belajar siswa terkesan lebih bermakna (meaningfullearning), potensi aktifnya pun dalam menggali ide,
saling berbagi dan menerima gagasan sehubungan dengan materi ajar, bertanya
jawab dengan teman dan guru, kreatif dalam prakarsa dan tindakan dengan tidak
melukai perasaan satu sama lain, hal ini terjadi pada saat proses pembelajaran
ini berlangsung. Dengan sendirinya, hasil belajar masing-masing siswa setelah
menempuh proses akitivitas belajar secara terlatih ini, meningkat. Hal ini
terbukti dari hasil observasi memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan
aktivitas yang pada siklus 1 hanya rata-rata 69% menjadi 74% pada siklus
2, dan 85% pada siklus 3. Penguasaan
siswa terhadap materi pembelajaran menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat
ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan harian, yakni siklus 1 mencapai 5,48
menjadi 6,53 pada siklus 2 dan 7,33 pada siklus 3. Melalui langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions),
siswa membangun sendiri pengetahuan, menemukan langkah-langkah dalam mencari
penyelesaian dari suatu materi yang harus dikuasai oleh siswa, baik secara
individu maupun kelompok.
b.
Saran
Telah
terbuktinya model pembelajaran kooperatif tipe STAD (StudentTeamsAchievementDivisions) dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial tentang memelihara
lingkungan alam dan buatan di sekitar rumah ,
maka diajukan saran sebagai berikut.
1.
Dalam kegiatan belajar
mengajar guru diharapkan menjadikan model ini sebagai suatu alternatif guna
mencapai tujuan pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial tentang memelihara lingkungan alam dan buatan di sekitar
rumah, yaitu siswa aktif dalam belajar dan berhasil
mencapai hasil belajar yang diinginkan. Setiap tahapan yang sudah ditempuh,
baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi dan tindak lanjut, akan
menjadi lebih baik apabila direnungkan secara bijak agar diperoleh proses
setiap tahapan yang akurat.
2.
Karena kegiatan ini
sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini
dapat dilakukan secara berkesinambungan, baik dalam mengelola pembelajaran yang
sama, maupun yang lain di dalam atau di luar mata pelajaran ini.
I.
Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi.
2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta:Bumi Aksara.
Barr, Robert., Bart,
James L. & Shermis, S. Samuel. 1978. The
Nature of The Social Studies. California: ETC Publication.
Borg & Gall. 2003. Educational Research. New York: Allyn
and Bacon.
Depdiknas. 1997. Sumber dan Media Pembelajaran IPS. Pusat
Pengembangan Penataran Guru IPS dan PMP Malang.
Hermawan, Asep. 2007. Pengembangan Profesi Guru Melalui Tindakan
Reflektif dan Aplikatif Diri Menjadi Peneliti Mahir dalam Penelitian Tindakan
Kelas. Makalah: Tidak Dipublikasikan.
----------------------.
2007.
Strategi Peningkatan Kinerja Guru dalam
Mengelola Pembelajaran Melalui Penelitian Tindakan Kelas Secara Profesional dan
Bermutu. Makalah: Tidak Dipublikasikan.
Ibrahim, Muslimin.
2000. Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya: University Press.
Idrak, M.,dkk. 2007. Ringkasan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial Lengkap. Yogyakarta:
Messemedia.
Kunandar. 2007. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Press.
Moloeng, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep,
Karakteristik, dan Implementasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Natawidjaja, Rohman.
1985. Cara Belajar Siswa Aktif dan
Penerapannya dalam Metode Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal
Dikdasmen Depdiknas.
Nasution, S. 1989. Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung:
Jemmars.
Sudjana, Nana. 1991. Model-model Mengajar CBSA. Bandung:
Sinar Baru.
-------------------.
2001. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung : Sinar Baru.
Suprayekti. 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta:
Direktorat Tenaga Kependidikan.
Wachidi. 2000. Inovasi Kurikulum Ilmu Pengetahuan
Sosial SMP di Kota Bandung. Disertasi
tidak Diterbitkan: PPS UPI Bandung.
Wiriaatmadja, Rochiati.
2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar